Minggu, 28 November 2010

tugas bahasa indonesia part #2 ("budaya facebook dikalangan mahasiswa")




BUDAYA FACEBOOK DI KALANGAN MAHASISWA


Di era globalisasi seperti sekarang ini, jaringan komunikasi sangat berperan, mulai dari kalangan pelajar, pekerja, wirausahawan,  entertainer, bahkan ibu rumah tangga ikut berkecimpung di dalamnya. Saat ini budaya,  pendidikan, dan lain-lain. Sebelum adanya facebook kita mengenal adanya social networking atau jejaring social lannya seperti MySpace dan Friendster, fungsi dan penggunaanya sama dengan Facebook.  Namun kalau kita perhatikan jejaringan Facebook lebih diminati dibanding jejaring sosial lainnya. Ini dikarenakan Facebook lebih banyak content-content nya.
Media jejaring sosial seperti Facebook ini banyak keuntungannya, antara lain bisa terhubung dengan teman-teman lama  yang sudah lama tidak bertemu / menjalin komunikasi, bahkan di luar kota atau pun diberbagai belahan Negara lain. Dapat terhubung dengan kawan-kawan lain dengan melihat friend list dari teman kita atau teman yang direkomendasikan. Dapat mencantumkan biodata/profile dan foto-foto yang kita inginkan. Dapat men-Tag hasil foto untuk di shared ke friend list kita.
Apalagi di kalangan mahasiswa, Facebook seperti makanan sehari-hari, selain untuk saling mengenal satu sama lain, Facebook juga sebagai sarana/wadah community mereka untuk berdiskusi mengenai pelajaran, jadwal kuliah, info jadwal ujian, info materi kuliah dan info-info lainnya. Dapat mengetahui aktifitas teman-teman kita dengan mengupdate status. Selain untuk kepentingan akademik dan sosial, dari segi ekonomi Facebook juga sebagai wadah untuk berjualan, contohnya: para pengguna facebook men-tag foto sebagai sample barang yang akan dijual selain itu dapat berfungsi sebagai sarana mempromosikan suatu tempat, event, barang, ataupun jasa. Ada fasilitas chat untuk berkomunikasi lebih private.
Ada kelebihan ada kekurangan, tentunya Facebook mempunyai kekurangan, antara lain waktu yang dibutuhkan untuk mengakses lebih lama dikarenakan bandwidth nya lebih. Facebook juga dapat merusak suatu hubungan pertemanan, persahabatan, hubungan relationship, ataupun hubungan suami istri. Facebook adalah sebuah sarana untuk menyatakan apa saja dalam bentuk apapun sesuai keinginan kita, apabila kita berfacebook dengan baik maka tidak akan terjadi kesalah pahaman ataupun sesuatu yang tidak kita inginkan. Semua itu tergantung bagaimana kita memanfaatkan fasilitas tersebut.
Pada saat ini budaya facebook di kalangan mahasiswa sangat menjamur, bahkan mahasiswa yang belum memiliki facebook dianggap ketinggalan zaman, setiap harinya mereka asik sendiri dengan handphonenya baik untuk berdiskusi, mengomentari status ataupun hanya sekedar membaca status update friendlist nya. Memang fasilitas jejaring ini sangat membooming disemua kalangan, sudah jutaan orang didunia setiap harinya terhubung dengan fasilitas ini. Berdasarkan artikel yang pernah saya baca awalnya jejaringan ini dibuat oleh mahasiswa Harvard sebagai sarana untuk memungkinkan mahasiswa di kelas yang sama dapat melihat daftar dan data-data teman yang sekelas. Namun penggunaanya diperluas lagi hingga sampai saat ini banyak hal yang bisa diakses pada jejaring ini.
Baik dan buruknya bagaimana kita berfacebook dan memanfaatkan fasilitas ini dapat menentukan bagaimana karakter orang tersebut. Demikian saya buat artikel singkat ini, semoga bermanfaat.

Sabtu, 27 November 2010

tugas bahasa indonesia part #1 (realita kehidupan)


I LOVE BUNDA


Malam yang indah mengingatkanku dengan kejadian yang membahagiakan  tiga tahun yang lalu bersama ibuku. Sekilas senyumnya hadir bersama kenangan saat itu. Hari ini tepat hari ulang tahun ibuku tercinta, saat itu ibuku mempersiapkan perayaan ulang tahunnya, meskipun kecil-kecilan hanya untuk keluarga saja, dan yang paling aku dan sekeluarga adalah cheese cake buatan mama tercinta, walaupun keadaan tubuhnya tidak sehat, demi memanfaatkan moment bahagia  dan berbagi bersama keluarga, bisa dibilang itu untuk yang terakhir kalinya. Malam itu kami sekeluarga berkumpul di salah satu restoran di daerah Jakarta Selatan, aku, kedua orang tua ku, kakak perempuanku dan kedua adikku bergembira  apalagi melihat raut wajahnya yang lebih cerah dan lebih fresh dari biasanya.  
Sekilas saya ingin flashback kebelakang, tentang wanita yang kuat, tegar, halus, sabar, dan penuh kasih sayang. Kadang saya bertanya dalam hati bagaimana saya dilahirkan dari sebuah rahim ibu yang sangat kecil itu. Apabila seorang bayi bisa bertanya, maka ia akan bertanya kepada Tuhan seperti ini: Engkau akan mengirimku ke bumi, tapi aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti  yang akan melindungi aku di luar sana? Apakah aku akan mengerti bahasa dan maksud mereka? Apakah aku bisa berkembang dengan aman? Tuhan pun akan menjawab, Aku akan  mengirimkan makhluk dengan penuh kasih sayang,  tangan lembut yang memelukmua dan membelaimu. Mempunyai pelukan yang dapat menyebuhkan  sakit hati dan keterpurukan,  dan semua dilakukan cukup dengan dua tangan. Tapi walaupun dia lembut, Saya memberikan kekuatan agar dia bisa mengatasi banyak hal  yang luar biasa. Saya juga memberikan dia air mata sebagai salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan. Dia akan mengajari kamu bahasa yang indah dan dapat kau mengerti, membimbingmu dan mendidikmu dengan penuh rasa sayang. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya, Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia begitu bahagia mendengar kelahiran, hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian,  tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka. Makhluk itu adalah “IBU”.
Yah, seorang Ibu begitu mulia dimata saya, perempuan yang telah mendidik saya dan keluarga sesuai dengan fitrahnya. Ketika saya menduduki bangku SMU, pernah saya merasa kurang diperhatikan, ibu saya selalu mementingkan kebutuhan kedua adik saya dan kakak saya dibandingkan saya sendiri, semenjak saya di bangku SD saya selalu juara kelas atau minimal menduduki ranking 3 besar, tapi sepertinya ibuku tidak membanggakan saya. Saya pun merasa teman-teman saya lebih care dan perhatian, akibatnya saya selalu menghabiskan waktu bersama-sama teman saya. Sepulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah. Ibu pun selalu marah-marah dan saya merasa dibatasi.  Sampai beranjak remaja dan menduduki bangku kuliah, saya tetap merasa tidak diperhatikan. Ibu saya selalu marah-marah. Sampai pada akhirnya ibuku jatuh sakit dikarenakan penyakit diabetes yang ada pada tubuhnya, dan terpaksa di rawat inap di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Kami sekeluarga sangat sedih dan khawatir, karena dia terkulai lemah di tempat tidur, setiap hari harus mengkonsumsi obat dan suntikan insulin harus ada pada tubuhnya, belum lagi cairan infus yang harus masuk. Tetapi walaupun dalam keadaan seperti itu, ibuku tidak lupa selalu menanyakan baaimana kelangsungan sekolah kami, makan kami, tidur kami, perhatiannya tidak pernah luput, walaupun dalam keadaan sakit tetap melaksanakan kewajiban dan kredibilitasnya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Buat ibuku keuarga adalah nomor satu. Dari kejadian itu saya pun sadar, betapa berat beban ibuku.
Tahun demi tahun berlalu sampai saya beranjak dewasa, saya mulai mengerti dan paham bahwa ibuku sangat menyayangi kami. Walaupun aku tahu dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya dikarenakan perceraian. Tujuh tahun terakhir ibuku sering keluar masuk rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang melemah. Tahun 2007 saat aku baru mulai bekerja di salah satu bank swasta kesehatan ibuku makin memburuk, kondisinya sangat miris, kami sekeluarga tidak tega dengan keadaan ibuku tercinta, ibuku mengalami gagal ginjal dan mengharuskan untuk cuci darah. Hal itu dilakukan dua kali dalam seminggu. Sepulang kerja saya selalu menemani ibu untuk cuci darah sampai jam 1 pagi, saat itu ibu selalu menasihati dan memberi saran kepada saya, kepada kakak dan adik-adik bahwa kemandirian itu penting, kebetulan ibuku menganut agama islam nya kuat jadi dia mengajarkan kami sesuai dengan fitrah Islam, menjadi pribadi yang mandiri dan kuat untuk mengharapkan ridho Nya.
Hampir satu tahun ibu harus menjalani cuci darah dan terapi jantung, kemungkinan diabetesnya sudah menggerogoti organ vital pada tubuhnya sampai pada akhirnya kondisinya melemah dan diharuskan rawat inap. Keuangan keluarga kami pun goyah, mungkin ini adalah cobaan kami. Malam itu sepulang kerja saya menemani ibu, dia tidak ingin makan makanan dari rumah sakit, dia ingin makan makanan yang gurih dari luar, saya pun membelikan makanan dan menyuapinya, ibu kelihatan lapar sekali dan makannya banyak sekali, semenjak di rumah sakit, saya belum pernah melihat ibu makan sebanyak ini. Sampai pada akhirnya keesokan harinya tepat pada tanggal 11 Februari 2008, hari itu saya masuk kerja sedangkan yang menemani ibu di rumah sakit kakakku. Memang hal itu selalu kami lakukan bergantian untuk berjaga di rumah sakit. Pagi itu kami sekeluarga seperti tersambar petir, terpukul tidak percaya. Saya seperti tidak percaya kalau ibu sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, air mata saya mengalir deras sekali, berkali-kali saya menelfon kakak saya untuk memastikan apa benar ibu sudah tiada, baru semalam saya menyuapinya, saya seperti marah kenapa secepat itu, saya belum sempat membahagiakan ibu, belum mendampingiku di pelaminan, baju kebaya merah yang aku belikan belum sempat ibu kenakan, tas tangan bordir hijau yang kubelikan belum sempat digunakan, belum sempat menyaksikan salah satu anaknya menikah dan memberikan cucu, air mata saya terus mengalir tiada hentinya, hanya doa yang terucap dibibirku.
Yah, malam ini kami mengulang moment tiga tahun yang lalu makan di restoran yang sama, walau tanpa kehadiran ibu tercinta tetapi kami merasakan kehadiran ibu di hati kami masing-masing. Kami selalu memanjatkan doa untuknya. Kenangannya, kasih sayangnya, ajarannya, kelembutannya, tawa candanya selalu tersimpan abadi di memory kami, sambil memutar vidio di handphoneku tiga tahun yang lalu. Saya rindu tawamu bu.
“Ibu itu ibarat sekolahan
Butuh pondasi kuat dan bangunan
Jika matang Anda persiapkan
Akar kekar pun akan menjadi dahan
Ibu itu ibarat taman
Jangan Anda abaikan!
Jika taman kau perhatikan
Bunga bunga pun segar menawan
Sang maha guru yang bijaksana!
Ibu itu seperti permata
Mata akan terpanah melihat keajaibannya”
(potongan puisi Hafizh Ibrahim)